LITERASI 3 : SEJARAH KERAJAAN KEDIRI

Pelaksanaan : Senin, 8 September 2025

Pilihlah salah satu temanmu untuk membacakan informasi ini di depan kelas !

Kerajaan Kediri atau disebut juga Kerajaan Panjalu merupakan kerajaan yang bercorak Hindu – Buddha. Kerajaan Kediri berdiri pada tahun 1042 yang sebelumnya menjadi satu dengan Kerajaan Mataram Kuno (Medang) dan memiliki pusat di tepi Sungai Brantas yang merupakan jalur perdagangan pada masa itu. Sebelumnya, Airlangga naik tahta menjadi raja dari Kerajaan Kahuripan setelah Mataram Kuno mengalami kemunduran dengan adanya serangan dari Kerajaan Wurawari. Airlangga mendirikan Kahuripan sebagai penerus dari Kerajaan Mataram Kuno. Airlangga mempunyai putri namun ia menolak ketika diserahi tanggung jawab untuk menjadi raja Kahuripan. Perebutan kekuasaan terjadi antara dua anak laki-laki Airlangga, yakni, Sri Samarawijaya dan Mapanji Garasakan.

Untuk menghindari konflik, pada tahun 1041, Airlangga membagi dua wilayah Kahuripan dengan bantuan Mpu Bharada, seorang Brahmana yang dikenal memiliki kesaktian. Wilayah Kahuripan kemudian terbagi menjadi dua yaitu Jenggala dan Panjalu dengan dipisahkan Gunung Kawi dan Sungai Brantas. Pembelahan Kerajaan Kahuripan ini kemudian diceritakan dalam Prasasti Mahasukbya, serat Calon Arang serta kitab Negarakertagama. Situs Adan-adan di Kecamatan Gurah menjadi salah satu bukti keberadaan kerajaan Kediri kuno.

Kediri adalah kerajaan bercorak agraris dan maritim. Mata pencaharian dari rakyat Kediri adalah sebagai petani hal ini didukung oleh tanahnya yang subur. Hasil pertanian inilah yang kemudian mengantarkan Kediri kepada masa kemakmuran. Diketahui bahwa Kediri pernah melakukan perdagangan dengan Maluku dan Sriwijaya. Mata uang yang digunakan pada waktu itu adalah logam yang terbuat dari emas serta campuran antara perak, timah, dan tembaga. Sungai Brantas menjadi salah satu titik nadi perdagangan yang menghubungkan antara pesisir dan pedalaman dalam rangka kegiatan perekonomian.

Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan wilayah barat yakni Kerajaan Panjalu dengan pusat pemerintahan di kota Daha. Sementara Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan wilayah timur yang bernama Janggala dengan pusat pemerintahan di Kahuripan. Kerajaan Panjalu akhirnya dikenal dengan nama Kediri, memiliki wilayah kekuasaan diantaranya Kediri dan Madiun. Sementara wilayah kekuasaan kerajaan Janggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang dan Pasuruhan.

Meski kerajaan sudah terbagi dua, namun kedua anak Airlangga merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga. Sehingga peperangan terus terjadi diantara kedua kerajaan.Peperangan antara Panjalu dan Jenggala terus terjadi selama 60 tahun lamanya. Meski di awal peperangan Jenggala menang, namun Panjalu lah yang mampu menguasai seluruh tahta Airlangga.

Dengan kemenangan Panjalu ini, akhirnya ibukota kerajaan dipindahkan dari Daha ke Kediri. Akhirnya Panjalu lebih dikenal dengan nama Kediri. Kisah awal kerajaan Kediri ini banyak tertuang dalam kitab sastra. Hasil kitab sastra ini salah satunya kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh. Sastra ini menceritakan tentang kemenangan Kediri atau Panjalu atas Jenggala.

Kerajaan Kediri berdiri sejak tahun 1045 M. Kerajaan besar ini runtuh pada tahun 1222 M. Selama 177 tahun berdiri, ada 8 raja yang berkuasa. Salah satunya adalah Sri Aji Jayabaya yang membawa Kediri pada jaman keemasan. Dari catatan yang ada, Sri Jayabaya berkuasa sekitar tahun 1135 M hingga 1157 M. Raja ini bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pada masa pemerintahan Jayabaya, Kerajaan Kediri mencapai puncaknya. Pada masa tersebut, Panjalu mampu mengalahkan Jenggala dan menguasai seluruh takhta Airlangga. Dalam pemerintahan Jayabaya, seluruh wilayah Kediri bisa bersatu. Dalam pemerintahannya Jayabaya menerapkan strategi untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh rakyatnya. Kerajaan pada masa ini sangat makmur, baik dari pertanian maupun perdagangan. Secara ekonomi rakyat Kediri kehidupannya terjamin. Kekuasaan kerajaan juga meluas hingga seluruh pulau Jawa dan Sumatera.

Jayabaya turun takhta dengan cara muksa atau hilang tanpa meninggalkan jasad. Sebelum menghilang, Jayabaya bertapa terlebih dahulu di Desa Menang Kecamatan Pagu Kabupaten Kediri. Setelahnya, mahkota (kuluk) dan pakaian kebesarannya (ageman) dilepas, Raja Jayabaya menghilang. Jayabaya terkenal dengan ramalannya, Jangka Jayabaya. Ramalan ini beberapa sudah terbukti kebenarannya di era peradaban modern saat ini.

Tugas Literasi

1. Tulislah inormasi tersebut di buku literasimu !

2. Sebagai pelajar dan Masyarakat Kediri, apa yang kamu lakukan untuk negerimu?  



Komentar