Arca Totok Kerot terletak di Desa Bulusari, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Arca ini terbuat dari batu andesit dan menggambarkan seorang raksasa dengan wajah menakutkan. Arca ini dibuat pada abad ke-10 Masehi. Wajah dan ornamennya menunjukkan representasi dari dewi butå. Arca Totok Kerot mengenakan kalung tengkorak, yang biasanya dipakai oleh para pengagum Durga atau Shiva. Arca Totok Kerot ditemukan setelah penggalian di tengah sawah sekitar satu meter selama masa penjajahan Belanda.
Legenda Arca Totok
Kerot terkait dengan Raja Sri Aji Jayabaya, yang terkenal dengan ramalan dan
kebijaksanaannya. Arca Totok Kerot dianggap sebagai kutukan yang diberikan oleh
Raja Jayabaya kepada putri dari Blitar yang mengancam memberontak sehingga
menyebabkan perang antara kerajaan Blitar dan Kediri.
Awal cerita terjadi di
sebuah negara bernama Dhahanapura. Dahanapura adalah ibu kota Kerajaan Kediri.
Kota ini diselimuti api suci, kota yang aman, tenang dan damai. Dhahanapura
menjadi kota idaman para saudagar yang ingin berdagang.
Kota ini memiliki lahan
subur bagi para petani dan kota yang indah bagi setiap penduduknya. Dhahanapura
juga merupakan situs keraton, kediaman raja mulia Kadiri Sri Mapanji Jayabaya
Tustikarana, yang memerintah kerajaan dengan bijaksana.
Di bawah tuntunan raja
yang bijaksana, kerajaan Kadir selalu dalam keadaan Gemah Ripa loh Jinawi dan
rakyatnya hidup aman, damai dan tenteram. Kerajaan Kediri memiliki tetangga
bernama Lodaya di sisi selatan. Lodaya ini dipimpin oleh seorang patih bernama
Ki Jengklong Jaya yang memiliki putri bernama Dewi Ngain.
Rupanya Dewi Ngai
berhasil ditaklukkan oleh Prabu Jayabaya. Seiring waktu, Dewi Ngain meminta
ayahnya untuk mewariskan ilmu dan kesaktian Jaya Kawijayan kepadanya.
Ayahnya menyetujui
permintaan ini. Dewi Ngain kemudian menjadi orang yang sangat sakti. Dengan
kesaktian tersebut, sang dewi menjadi sombong dan bisa berubah-ubah. Dewi Ngain
kemudian berganti nama menjadi Dewi Wadal Werdi dan berencana melamar Raja Kediri
yang ada di Pamenang.
Putri Wadal Werdi pergi
ke Istana Kadiri dan membuat keributan di wilayah Pamenang Kediri. Berkat
kesaktiannya, Wadal Werdi berhasil mengalahkan prajurit Kadiri dan mendekati
Keraton Kadiri. Mendekati gerbang istana Kadiri, putri Wadal Werdi kembali
dikepung dan diserang oleh prajurit liar yang dipimpin langsung oleh Patih
Kadiri.
Wadal Werdi diserang
dengan puluhan senjata. Menahan gempuran massa Kadiri, putri Wadal Werdi
menahan nafas hingga giginya berbenturan dan terdengar suara kerot-kerot.
Dalam situasi seperti
itu datanglah Sri Aji Jayabaya yang marah karena mengetahui ada orang yang
telah mengganggu ketentraman rakyatnya.
Kemudian Sri Aji
Jayabaya mengucapkan kalimat kutukan kepada Wadal Werdi. Wadal Werdi pun
langsung menjelma menjadi arca raksasa yang dikenal Totok Kerot.
Legenda ini telah
menjadi bagian dari budaya tradisional masyarakat Kediri Jawa Timur. Penduduk
desa tersebut masih meyakini bahwa arca Totok Kerot memiliki kekuatan untuk
melindungi desa mereka dari segala macam bencana. Bahkan, arca tersebut telah
menjadi salah satu simbol kehormatan bagi warga desa tersebut.
Komentar
Posting Komentar