LITERASI 2 : SEJARAH SUNAN GRESIK

 

Siapakah Sunan Gresik itu? Senan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu di antara sembilan wali di Jawa yang memiliki kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Mereka adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.

Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah maka dalam hubungan guru-murid. Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Campa (Kamboja), ayahnya bernama Barakat Zainul Alam, seorang ulama besar dari Maghrib. Maulana Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik atau Syekh Maghribi atau Makhdum Ibrahim Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya Asmorokondi.

Maulana Malik Ibrahim memiliki silsilah keturunan yang dekat dengan Rasulullah saw. melalui jalur Husain bin Ali. Maulana Malik Ibrahim termasuk orang pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.

Beliau menikahi putri raja (Putri Champa) dan memiliki dua putra, yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Pada abad ke-13 Masehi (801 Hijriah), Maulana Malik Ibrahim ditugasi ayahnya untuk menjalankan dakwah Islam di Asia Tenggara. Dengan perahu layer, beliau melintasi samudra luas disertai debur ombak dan angin topan yang dasyat untuk menjalankan missinya. Hingga akhirnya sampailah di Pelabuhan Gresik, salah satu pelabuhan yang cukup besar di Asia Tenggara saat itu, dan menjadi Bandar Kerajaan Majapahit. Setelah mendarat di kota Gresik, beliau memilih tempat di sebuah desa bernama Leran dan mulai menjalankan dakwah Islam sekitar tahun 1392. Beliau juga mempelajari bahasa daerah setempat untuk mempermudah dahwahnya. Sehingga dalam waktu singkat, Maulana Malik Ibrahim dapat menyesuaikan diri dengan mayarakat di sekitarnya. Beliau juga aktif menghadiri acara penikahan adat dan dipercaya menjadi penengah atau juru damai apabila ada warga yang berselisih sehingga disegani oleh seluruh masyarakat. Akhirnya, berkat taufik dan hidayah Allah SWT satu demi satu Masyarakat Gresik memeluk agama Islam. 



Aktivitas pertama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dalam berdakwah saat itu adalah berdagang dengan membuka warung yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, beliau pernah diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Champa atau Cempa. Maulana Malik Ibrahim juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Beliau merangkul masyarakat bawah atau kasta yang disisihkan dalam komunitas Hindu. Maka sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat di sekitar, yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Pertama-tama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan dan berdagang. Budi bahasa yang ramah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam. Melalui berdagang beliau dapat berinteraksi dengan masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal. Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan kunjungan ke Ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik.

Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren di daerah itu, yang merupakan kawah condrodimuko bagi perjuangan agama Islam di masa-masa selanjutnya. Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat.

Hingga saat ini makamnya masih diziarahi oleh berjuta-juta umat Islam di Indonesia. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Pada acara haul itu dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur yang bernama harisah.

Komentar