Siapakah Sunan Gresik itu? Senan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah
salah satu di antara sembilan wali di Jawa yang memiliki
kontribusi besar dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Mereka
adalah Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan
Drajat Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati.
Mereka tidak hidup
pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan
erat, bila tidak dalam ikatan darah
maka dalam hubungan
guru-murid. Maulana Malik Ibrahim dilahirkan di Campa (Kamboja),
ayahnya bernama Barakat Zainul Alam, seorang ulama besar dari Maghrib. Maulana
Malik Ibrahim disebut juga Sunan Gresik
atau Syekh Maghribi
atau Makhdum Ibrahim
Al-Samarqandi. Orang Jawa menyebutnya Asmorokondi.
Maulana Malik
Ibrahim memiliki silsilah keturunan yang dekat dengan Rasulullah saw. melalui
jalur Husain bin Ali. Maulana
Malik Ibrahim termasuk
orang pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa,
dan merupakan wali senior di antara para Walisongo lainnya.
Beliau menikahi
putri raja (Putri Champa) dan memiliki dua putra, yaitu Raden Rahmat atau Sunan Ampel dan Sayid Ali Murtadha atau Raden Santri. Pada abad ke-13 Masehi (801
Hijriah), Maulana Malik Ibrahim ditugasi ayahnya untuk menjalankan dakwah Islam di Asia Tenggara. Dengan perahu layer, beliau melintasi samudra luas disertai debur
ombak dan angin topan yang dasyat untuk menjalankan missinya. Hingga akhirnya sampailah di Pelabuhan Gresik,
salah satu pelabuhan yang cukup besar di
Asia Tenggara saat itu, dan menjadi Bandar Kerajaan Majapahit. Setelah mendarat
di kota Gresik, beliau memilih
tempat di sebuah desa bernama Leran dan mulai
menjalankan dakwah Islam sekitar tahun 1392. Beliau juga mempelajari bahasa
daerah setempat untuk mempermudah dahwahnya. Sehingga dalam waktu singkat,
Maulana Malik Ibrahim dapat menyesuaikan diri dengan mayarakat di sekitarnya.
Beliau juga aktif menghadiri acara penikahan adat dan dipercaya menjadi
penengah atau juru damai apabila ada warga yang berselisih sehingga disegani
oleh seluruh masyarakat. Akhirnya,
berkat taufik dan hidayah Allah SWT
satu demi satu Masyarakat Gresik memeluk agama Islam.
Aktivitas pertama
yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim dalam berdakwah saat itu adalah
berdagang dengan membuka warung yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga
murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim
juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara gratis.
Sebagai tabib, beliau pernah diundang untuk mengobati
istri raja yang berasal dari Champa atau Cempa. Maulana Malik Ibrahim juga
mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Beliau merangkul masyarakat bawah
atau kasta yang disisihkan dalam komunitas Hindu. Maka sempurnalah misi
pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat di sekitar, yang ketika itu tengah dilanda
krisis ekonomi dan perang saudara.
Pertama-tama yang dilakukan oleh Maulana Malik Ibrahim adalah mendekati masyarakat melalui pergaulan dan berdagang. Budi bahasa yang ramah senantiasa
diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Beliau tidak menentang secara
tajam agama dan kepercayaan yang hidup dari penduduk asli, melainkan hanya
memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat
keramah-tamahannya, banyak masyarakat
yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Melalui berdagang beliau
dapat berinteraksi dengan
masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut
serta dalam perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik
kapal atau pemodal. Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim
kemudian melakukan kunjungan ke Ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya
sebidang tanah di pinggiran kota Gresik.
Wilayah itulah
yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Demikianlah, dalam rangka
mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan menegakkan ajaran Islam,
Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren di daerah itu, yang merupakan kawah
condrodimuko bagi perjuangan agama Islam di masa-masa
selanjutnya. Setelah selesai membangun dan menata pondokan
tempat belajar agama di Leran,
tahun 1419 Maulana Malik Ibrahim wafat.
Hingga saat ini makamnya masih diziarahi oleh berjuta-juta umat Islam
di Indonesia. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat
ramai berkunjung untuk berziarah. Ritual
ziarah tahunan atau haul juga diadakan
setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal. Pada
acara haul itu dilakukan khataman Al-Quran,
mauludan (pembacaan riwayat hidup Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas
bubur yang bernama harisah.
Komentar
Posting Komentar