Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam. Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi raja Majapahit.
Sunan Ampel atau Raden
Rahmat adalah salah satu anggota dari sembilan wali atau lebih banyak dikenal
sebagai Wali Songo. Raden Rahmat merupakan nama asli dari Sunan Ampel, sedangkan
untuk istilah Sunan sendiri adalah suatu gelar kewalian yang dimilikinya. Lalu,
nama Ampel atau Ampel Denta lebih merujuk ke tempat di mana beliau tinggal
yaitu sebuah wilayah bernama Ampel yang saat ini berada di sebelah utara Kota Surabaya,
Jawa Timur.
Sunan Ampel memiliki ayah
bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Maulana Malik Ibrahim sendiri
memiliki nama lain sebagai Sunan Gresik. Selama perjalanan hidupnya, Sunan
Ampel memiliki dua istri yaitu Dewi Karimah dan Dewi Candrawati. Bersama dengan
istri pertamanya Dewi Karimah, Sunan Ampel memiliki dua orang anak yaitu Dwi
Murtasih yang juga menjadi istri dari Raden Fatah—
sultan pertama dari
kerajaan Islam Demak Bintoro. Lalu, anak keduanya adalah Dewi Murtasimah yang
menjadi permaisuri dari Raden Paku atau Sunan Giri.
Sementara itu, bersama
dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel dikaruniai lima orang anak yaitu Siti
Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan
Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian lebih banyak dikenal
dengan sebutan Sunan Drajad.
Metode dakwah yang
ditempuh oleh Sunan Ampel terbilang cukup singkat dan cepat. Hal ini karena
Sunan Ampel menggunakan metode dakwah Moh Limo yang memiliki arti tidak
melakukan lima hal tercela.
Adapun filsafat metode
Moh Limo milik Sunan Ampel adalah sebagai berikut ini. 1. Moh main yang
memiliki arti tidak ingin berjudi 2. Moh ngombe yang memiliki arti tidak
mau mabuk 3. Moh maling yang memiliki arti tidak mau mencuri 4. Moh
madat yang memiliki arti tidak mau menghisap candu 5. Moh madon yang
memiliki arti tidak mau melakukan zina.
Setelah menyelesaikan
tugasnya, Sunan Ampel kembali melanjutkan dakwahnya. Di wilayah Ampel beliau
mendirikan masjid yaitu Masjid Sunan Ampel. Selain itu, beliau mendirikan
sarana pendidikan untuk menunjang internalisasi ajaran dan nilainilai
keislaman, menggantikan keyakinan lama. Kemudian, masjid dan sarana pendidikan
yang didirikan ini berhasil menarik simpati masyarakat dan menjadi pusat
pendidikan yang sangat berpengaruh. Hingga kini Masjid Ampel masih berdiri
tegak dan menjadi bukti sejarah penyebaran Islam yang dilakukan di Jawa.
Dalam proses penyebaran
agama Islam di tanah Jawa, Sunan Ampel juga memberikan peninggalan bersejarah.
Adanya peninggalan tersebut juga menjadi bukti adanya jejak penyebaran Islam di
Nusantara. Lantas apa saja peninggalan sejarah dari Sunan Ampel? 1. Masjid
Sunan Ampel saat ini menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. 2.
Masjid Rahmat Kembang Kuning yang berada di tengah hutan. 3. Masjid Jami’
Peneleh di Surabaya. 4. Kampung Arab berada di sekitar Masjid Ampel. Di Kampung
Arab, pengunjung bisa mempelajari sejarah serta berbelanja oleh-oleh khas
daerah tersebut. 5. Makam Sunan Ampel di area Masjid Ampel. Sunan Ampel wafat
pada tahun 1481.
Komentar
Posting Komentar