LITERASI 6 : SUNAN AMPEL

 Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Sunan Ampel adalah seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di Tanah Jawa. Ia lahir pada tahun 1401 di daerah Champa, Vietnam. Sunan Ampel adalah Putra dari Syekh Maulana Ibrahim Asmoroqondi dengan Dewi Candrawulan. Sunan Ampel juga merupakan keponakan Dyah Dwarawati, istri Bhre Kertabhumi raja Majapahit.

Sunan Ampel atau Raden Rahmat adalah salah satu anggota dari sembilan wali atau lebih banyak dikenal sebagai Wali Songo. Raden Rahmat merupakan nama asli dari Sunan Ampel, sedangkan untuk istilah Sunan sendiri adalah suatu gelar kewalian yang dimilikinya. Lalu, nama Ampel atau Ampel Denta lebih merujuk ke tempat di mana beliau tinggal yaitu sebuah wilayah bernama Ampel yang saat ini berada di sebelah utara Kota Surabaya, Jawa Timur.

Sunan Ampel memiliki ayah bernama Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sunan Maulana Malik Ibrahim sendiri memiliki nama lain sebagai Sunan Gresik. Selama perjalanan hidupnya, Sunan Ampel memiliki dua istri yaitu Dewi Karimah dan Dewi Candrawati. Bersama dengan istri pertamanya Dewi Karimah, Sunan Ampel memiliki dua orang anak yaitu Dwi Murtasih yang juga menjadi istri dari Raden Fatah—

sultan pertama dari kerajaan Islam Demak Bintoro. Lalu, anak keduanya adalah Dewi Murtasimah yang menjadi permaisuri dari Raden Paku atau Sunan Giri.

Sementara itu, bersama dengan Dewi Chandrawati, Sunan Ampel dikaruniai lima orang anak yaitu Siti Syare’at, Siti Mutmainah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang, serta Syarifuddin atau Raden Kosim yang kemudian lebih banyak dikenal dengan sebutan Sunan Drajad.

Metode dakwah yang ditempuh oleh Sunan Ampel terbilang cukup singkat dan cepat. Hal ini karena Sunan Ampel menggunakan metode dakwah Moh Limo yang memiliki arti tidak melakukan lima hal tercela.

Adapun filsafat metode Moh Limo milik Sunan Ampel adalah sebagai berikut ini. 1. Moh main yang memiliki arti tidak ingin berjudi 2. Moh ngombe yang memiliki arti tidak mau mabuk 3. Moh maling yang memiliki arti tidak mau mencuri 4. Moh madat yang memiliki arti tidak mau menghisap candu 5. Moh madon yang memiliki arti tidak mau melakukan zina.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Sunan Ampel kembali melanjutkan dakwahnya. Di wilayah Ampel beliau mendirikan masjid yaitu Masjid Sunan Ampel. Selain itu, beliau mendirikan sarana pendidikan untuk menunjang internalisasi ajaran dan nilainilai keislaman, menggantikan keyakinan lama. Kemudian, masjid dan sarana pendidikan yang didirikan ini berhasil menarik simpati masyarakat dan menjadi pusat pendidikan yang sangat berpengaruh. Hingga kini Masjid Ampel masih berdiri tegak dan menjadi bukti sejarah penyebaran Islam yang dilakukan di Jawa. 



Dalam proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa, Sunan Ampel juga memberikan peninggalan bersejarah. Adanya peninggalan tersebut juga menjadi bukti adanya jejak penyebaran Islam di Nusantara. Lantas apa saja peninggalan sejarah dari Sunan Ampel? 1. Masjid Sunan Ampel saat ini menjadi salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. 2. Masjid Rahmat Kembang Kuning yang berada di tengah hutan. 3. Masjid Jami’ Peneleh di Surabaya. 4. Kampung Arab berada di sekitar Masjid Ampel. Di Kampung Arab, pengunjung bisa mempelajari sejarah serta berbelanja oleh-oleh khas daerah tersebut. 5. Makam Sunan Ampel di area Masjid Ampel. Sunan Ampel wafat pada tahun 1481.

Komentar