Senin, 22 September 2025
Pilihlah salah satu
temanmu untuk membacakan kisah di bawah ini !
Syeh Subakir merupakan
seorang ulama Wali Songo periode pertama di bumi Nusantara. Ia dikirim
Kesultanan Turki Utsmaniyah (Sultan Muhammad I) untuk menyebarkan ajaran agama
Islam di wilayah Nusantara (Indonesia). Konon kala itu, Pulau Jawa masih
merupakan hutan belantara angker dan dipenuhi makhluk halus dan jin-jin sangat
jahat. Lalu diutuslah Syekh Subakir yang ahli merukyah, ekologi, meteorologi,
dan geofisika ke tanah Jawa.
Syeh Subakir diutus
secara khusus menangani masalah gaib dan spiritual yang menjadi penghalang
diterimanya Islam oleh masyarakat Jawa ketika itu. Sesampainya di wilayah Nusantara,
Syekh Subakir mengetahui penyebab utama
kegagalan para ulama pendahulu karena dihalangi para jin dan dedemit tanah
Jawa. Mereka bisa mengubah wujud menjadi ombak besar yang mampu menenggelamkan
kapal berikut penumpangnya dan menjadi angin kencang yang mampu
memporakporandakan apa saja yang berada di depannya. Selain itu, mereka juga
bisa berubah wujud menjadi hewan buas yang mencelakakan para ulama pendahulu.
Untuk mengatasinya,
Syekh Subakir sudah membawa batu hitam dari Arab yang telah dirajah dengan nama Rajah Aji Kalacakra. Batu itu dipasang
di tengah-tengah tanah Jawa yaitu di Puncak Gunung Tidar, Magelang. Karena,
Gunung Tidar dipercayai sebagai titik sentral atau pakunya tanah Jawa.
Setelah itu, tiba-tiba
cuaca mendung, angin bergerak cepat, kilat menyambar menimbulkan hujan api
dimana-mana. Gunung-gunung bergemuruh tiada henti. Lelembut, setan, maupun
siluman yang tinggal di sana berlari untuk menyelamatkan diri. Jin, peri,
banaspati, kuntilanak hingga jailangkung semua hanyut dalam air karena tak kuat
menahan panasnya pancaran batu hitam tersebut. Makhluk halus yang masih hidup
pun terpaksa mengungsi ke lautan. Sebagian jin yang lainnya ada yang mati
akibat hawa panas dari tumbal yang dipasang Syekh Subakir tersebut. Melihat hal
itu, penguasa tanah Nusantara yakni Sabda Palon, raja bangsa jin yang telah
berusia 9.000 tahun bersemayam di Puncak Gunung Tidar terusik.
Kemudian, ia keluar
mencari penyebab timbulnya hawa panas bagi bangsa jin dan lelembut tersebut.
Sabda Palon lalu berhadapan dengan Syekh Subakir. Sabda Palon menanyakan maksud
pemasangan batu hitam tersebut. Syeh Subakir menyatakan dia sengaja menancapkan
batu hitam itu untuk mengusir bangsa jin dan lelembut yang mengganggu upaya
penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Setelah terjadi perdebatan yang panjang,
akhirnya mereka segera mengadu kesaktian. Pertempuran antara keduanya terjadi
selama 40 hari 40 malam yang membuat tanah Pulau Jawa saat itu berguncang keras
dengan cuaca badai kilatan yang besar. Sabda Palon yang juga dikenal sebagai Ki
Semar Badranaya sang Danyang tanah Jawa ini merasa kewalahan dan menawarkan
perundingan. Hal itu dilakukan lantaran kesaktian wali utusan Allah memang tak
bisa dikalahkan begitu saja. Sabda Palon mensyaratkan beberapa point dalam upaya
penyebaran Islam di tanah Jawa.
Perjanjian ini
menetapkan beberapa syarat yang harus dipatuhi dalam proses islamisasi di Jawa: 1)
Penyebaran agama Islam tidak boleh dilakukan dengan cara paksaan atau
kekerasan, melainkan dengan cara yang halus, 2) Penduduk Jawa diberi
keleluasaan untuk memilih masuk Islam atau tetap pada kepercayaan mereka
sebelumnya, 3) Proses penyebaran Islam harus disertai dengan akulturasi budaya,
khususnya dalam mendirikan tempat-tempat ibadah, 4) Kerajaan Islam diizinkan
berdiri di tanah Jawa, dengan syarat raja pertama haruslah keturunan campuran,
5) Orang Jawa tidak boleh diubah menjadi orang yang kearab-araban, yang berarti
identitas dan budaya Jawa harus tetap dihormati.
TUGAS LITERASI :
1. Tulislah cerita
tersebut di dalam buku literasimu !
2. Apa saja budaya Jawa yang
kamu ketahui ? Sebutkan !
3. Apa yang akan kamu
lakukan untuk melestarikan budaya Jawa ? Jelaskan !
Komentar
Posting Komentar